“Ayo,
ngopi dikek mari ngunu budal melu nag alas,”. Kata nenek dani
kepada kami ber-8 sewaktu mengunjunginya di Kediri. Beberapa saat kemudian kami
berangkat ke hutan yang dirawat oleh perhutani bekerjasama dengan masyarakat
sekitar, sejauh 3 KM, kami mendapati beberapa pemandangan bunga-bunga hutan
yang indah dipajang dihalaman rumah warga desa. Sesampai ditempat komplek
pembinaan perhutani, mata kami terbelalak lebar, wow . . . indahnya tersusun
beberapa rumah kecil yang dihiasi dengan beberapa macam bunga, sayuran dan
banyak yang lainya, indah, tertata rapi dan udara yang begitu sejuk. Saat itu
kami mengikuti nenek teman kami ini, mencoba mengerti bagaimana pekerjaanya
para petani yang merawat hutan.
Suatu pesan yang terpampang yang sangat penting
di komplek itu yakni, “Mari Budayakan Hidup Dengan 5 K” yakni Kebersihan,
Ketertiban, Keindahan, Keamanan, dan Kesehatan, sungguh suatu pesan yang
bagus buat kita, dalam menjaga keseimbangan dilingkungan sekitar, dan yang
kutangkap dari pesan ini adalah larangan yang sangat tegas antaralain : “JANGAN
SERAKAH”, memang yang namanya keindahan, ketertiban, keindahan, keamanan dan
kesehatan akan hilang di muka bumi ini jika keserakahan merajalela dimana-mana.
Ambilah sebuah kisah dan hikmah kehidupan masyarakat desa sepawon Kediri ini. Uch, jauhnya . . . seru salah satu dari teman kami, 2 KM kami berjalan untuk sampai ke ladang yang dimaksud nenek jalan bertikung dan rimbun. Terlihat penataan paralon air yang panjang demi kebutuhan warga desa dibawahnya yang sudah modern, penataan tersebut lewat tanah setapak dan di kubur dalam tanah terus digantung diantara pohon besar agar terhubung secara baik, maklum daerah pegunungan. Berjalan beberapa orang dengan membawa rumput yang dipikul dipundaknya sangat, ada yang membawa sayuran sekarung yang dipikul dan ada pula warga yang membawa durian dimasukan dalam keranjang, yang buat ngiler karna gede banget. Hahaha, sesampai disana kami membantu nenek untuk memetik kacang panjang, serta beberapa sayuran atau tanaman lainya yang dimaksud oleh nenek, dan mencari bunga hutan untuk buat kami bawa oleh-oleh.
Banyak sekali macam-macam pepohonan yang
beragam, merawat padang yang tidak ditanami pohon untuk diolah menjadi lahan
perkebunanan serta pohon-pohon kecil mereka rawat sebagai pagar antara
penggarap satu dengan yang lainya. akhirnya dari sini kami tahu bahwa para
petani atas semua ini telah melalui proses yang panjang dan pembinaan dari
perhutani agar masyarakat hidup berdampingan dengan alam, menanami disela kelonggaran,
memotong yang sudah tua nan kropos dan mereboisasi kembali serta pemantauan
dari masyarakat secara alami penuh dengan kasih sayang dan penataan sistem alur
pemasaran hasil bumi hutan ini semoga terjaga dan tak tergiur dengan sistem
kolonialis kapitalistik yang sekarang telah menghasut seluruh negeri didunia
ini, walaupun masalah besar menyelimuti mereka kami tak tahu, semoga inovasi
reboisasi ini istiqomah berjalan dengan lancar dan terjaganya manusia merawat
hutan dan hutan merawat manusia, dengan hidup berdampingan dengan alam.